"Bubur Zera itu enak lho", ujar teman saya pagi itu.
Rencananya kami ingin pergi sarapan bersama sambil hosip sana sini, dan request saya pengennya makan bubur ayam. Tapi ternyata bubur ayam yang awalnya jadi tujuan kami itu tutup, sehingga pilihan terakhir makan di bubur ayam cirebon tepat di samping sekolahnya Navaro, tempat saya dan keluarga biasa makan.
ZERA itu sebenarnya nama butik pakaian, yang dalam proses bisnisnya melebarkan usaha mereka ke bidang kuliner. Hampir setiap hari saya melewati bubur ZERA yang memang lokasinya berada di gerbang komplek perumahan tempat saya tinggal, Taman Krakatau.
Berkali kali melewati kedai bubur ZERA itu tapi sama sekali tidak tertarik untuk mencoba.
"Ah.. gak akan seenak bubur cirebon langganan", pikir saya.
Tapi ucapan teman saya yang bilang bubur ZERA enak, terus terngiang di kepala saya. Penasaran, akhirnya saya mengajak Navaro untuk mencoba makan bubur disana.
Saat itu sepulang sekolah, saya ajak Navaro mampir. Buburnya memang buka dari pagi sampai malam, sehingga jam berapapun kita kesana akan tetap ada. Beda dengan bubur lain yang hanya buka di saat pagi dan sore hari.
Bubur yang disajikan di mangkok itu plain, hanya bubur dan bawang goreng, bawang daun juga suwiran ayam. sisanya seperti kecap manis, kecap asin, kacang, kerupuk, sambal, disediakan terpisah di atas meja. Jadi semuanya disesuaikan dengan selera makan kita. Tapi nih ya.. rasa bubur plainnya saja sudah enak sih menurut saya. Tanpa tambah perasa lain seperti kecap manis dan asin, rasanya sudah gurih.
Ohya di bubur ZERA juga ada semacam asinannya. Kalau kata abangnya, itu semacam kimchi kalau di korea. Rasanya memang agak sedikit asam gitu. Saya gak punya gambaran itu terbuat dari apa, belum sempet nanya juga sama abangnya ☺
Tak kenal maka tak sayang, peribahasa yang tepat menggambarkan apa penilaian saya terhadap bubur Zera ini. Sebelum mencoba, saya sama sekali tidak tertarik dan menganggap remeh. Tapi sekali mencoba, ternyata langsung jadi favorit. Bukan hanya favorit saya, tapi juga favorit navaro ☺
xo-xo

Rencananya kami ingin pergi sarapan bersama sambil hosip sana sini, dan request saya pengennya makan bubur ayam. Tapi ternyata bubur ayam yang awalnya jadi tujuan kami itu tutup, sehingga pilihan terakhir makan di bubur ayam cirebon tepat di samping sekolahnya Navaro, tempat saya dan keluarga biasa makan.
ZERA itu sebenarnya nama butik pakaian, yang dalam proses bisnisnya melebarkan usaha mereka ke bidang kuliner. Hampir setiap hari saya melewati bubur ZERA yang memang lokasinya berada di gerbang komplek perumahan tempat saya tinggal, Taman Krakatau.
Berkali kali melewati kedai bubur ZERA itu tapi sama sekali tidak tertarik untuk mencoba.
"Ah.. gak akan seenak bubur cirebon langganan", pikir saya.
Tapi ucapan teman saya yang bilang bubur ZERA enak, terus terngiang di kepala saya. Penasaran, akhirnya saya mengajak Navaro untuk mencoba makan bubur disana.
Saat itu sepulang sekolah, saya ajak Navaro mampir. Buburnya memang buka dari pagi sampai malam, sehingga jam berapapun kita kesana akan tetap ada. Beda dengan bubur lain yang hanya buka di saat pagi dan sore hari.
Bubur yang disajikan di mangkok itu plain, hanya bubur dan bawang goreng, bawang daun juga suwiran ayam. sisanya seperti kecap manis, kecap asin, kacang, kerupuk, sambal, disediakan terpisah di atas meja. Jadi semuanya disesuaikan dengan selera makan kita. Tapi nih ya.. rasa bubur plainnya saja sudah enak sih menurut saya. Tanpa tambah perasa lain seperti kecap manis dan asin, rasanya sudah gurih.
Ohya di bubur ZERA juga ada semacam asinannya. Kalau kata abangnya, itu semacam kimchi kalau di korea. Rasanya memang agak sedikit asam gitu. Saya gak punya gambaran itu terbuat dari apa, belum sempet nanya juga sama abangnya ☺
Tak kenal maka tak sayang, peribahasa yang tepat menggambarkan apa penilaian saya terhadap bubur Zera ini. Sebelum mencoba, saya sama sekali tidak tertarik dan menganggap remeh. Tapi sekali mencoba, ternyata langsung jadi favorit. Bukan hanya favorit saya, tapi juga favorit navaro ☺
xo-xo